Mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang sangat luas terpadu beberapa materi, meliputi geografi, ekonomi, sejarah dan sosiologi. Peserta didik pada umumnya mengalami kesulitan pada saat mempelajari materi sejarah. Materi sejarah berhubungan dengan peristiwa masa lalu , waktu, tokoh, sebab dan akibatnya. Kuncinya peserta didik harus banyak membaca yang dirasa sangat membosankan, dan akan berdampak pada hasil belajar di bawah KKTP. Pada materi sejarah guru harus benar-benar dapat menggunakan metode pembelajaran variatif dan memilih metode yang tepat sehingga peserta didik merasa tertarik untuk belajar, dan akhirnya akan meningkatkan hasil belajarnya. Sebagai pengampu guru mata pelajaran IPS kelas delapan di SMP Negeri 2 Ambarawa khusunya materi “Proses Pelaksanaan Kemerdekaan Indonesia”, saya memilih model pembelajaran Role Playing atau Bermain Peran dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan model ini ternyata peserta didik sangat antusias untuk mempersiapkan diri untuk belajar yang berdampak pada hasil belajar di atas KKTP (75).
Bermain peran (role playing) adalah metode mengajar yang dalam pelaksanaannya peserta didik mendapat tugas dari guru untuk mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem atau masalah, agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dari suatu situasi sosial tersebut (Mansyur, 1996:104). Pengertian dari Model bermain peran (role playing) adalah sejenis permainan gerak yang di dalamnya terdapat tujuan, aturan, dan sekaligus melibatkan unsur menyenangkan (Jill Hahfiel, 1986; Wahab, 2000:111). Role playing dirancang untuk membantu siswa memperlajari nilai-nilai sosial yang mencerminkan dalam dirinya, menumbuhkan rasa empati terhadap orang lain, dan mencoba untuk mengembangkan keterampilan sosial. Maka dengan metode role playing siswa dapat menghayati peranan apa yang dimainkan, mampu menempatkan diri dalam situasi orang lain yang dikehendaki guru (Wahab, 2000:112).
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap-sikap, apresiasi, kapabilitas, dan keterampilan (Hamalik, 2001:31). Siswa memperoleh informasi dan adanya perubahan dan peningkatan dari segi afektif, kognitif, dan psikomotor dari sebuah pembelajaran yang dilakukan oleh seorang pendidik. Hasil belajar dapat diukur melalui kegiatan penilaian, dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau kegiatan untuk menilai sejauh mana tujuan-tujuan instruksional tercapai atau sejauh mana materi yang diberikan dapat dikuasai oleh siswa, dilaporkan dalam bentuk nilai atau angka.
Dalam rangka menyiapkan suatu situasi bermain peran di dalam kelas, guru mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : a. Persiapan dan Instruksi 1). Keseluruhan situasi harus dijelaskan, yang meliputi deskripsi tentang keadaan peristiwa, individu-individu yang dilibatkan, dan posisi-posisi dasar yang diambil oleh pelaku khusus. 2) Sebelum pelaksanaan bermain peran, siswa harus mengikuti latihan pemanasan, latihan ini diikuti oleh semua siswa, baik sebagai partisipasi aktif maupun sebagai pengamat aktif, dirancang untuk menyiapkan siswa, membantu mereka mengembangkan imajinasinya, dan untuk membentuk kelompok dan interaksi. 3) Guru memberikan instruksi khusus kepada peserta bermain peran setelah memberikan penjelasan pendahuluan kepada keseluruhan kelas. 4) Guru memberitahukan peran-peran yang akan dimainkan serta memberikan instruksi-instruksi yang bertalian dengan masing-masing peran kepada para audience. Kelas dibagi dua kelompok, pengamat dan spekulator, masing-masing melaksanakan fungsinya. Kelompok I bertindak sebagai pengamat yang bertugas mengamati : (1) persaan individu karakter, (2) karakter-karakter khusus yang diinginkan dalam situasi, dan (3) mengapa karakter merespons cara yang mereka lakukan. Kelompok II bertindak sebagai spekulator yang berupaya menanggapi bermain peran itu dari tujuan dan analisis pendapat. Mengamati garis besar rangkaian tindakan yang telah dilakukan oleh pemeran. b. Tindakan Dramatik dan Diskusi 1) Para aktor terus melakukan perannya sepanjang situasi bermain peran. Sedangkan para audience berpartisipasi dalam penugasan awal kepada pemeran. 2) Bermian peran harus berhenti pada titik titik penting atau apabila terdapat tingkah laku tertentu yang menuntut dihentikannya permainan tersebut. 3) Keseluruhan kelas selanjutnya berpartisipasi dalam diskusi yang terpusat pada situasi bermain peran.. c. Evaluasi Bermain Peran 1) Siswa memberikan keterangan, baik secara tertulis maupun dalam kegiatan diskusi tentang keberhasilan dan hasil-hasil yang dicapai dalam bermain peran.. Guru menilai efektivitas dan keberhasilan bermian peran yang dilakukan siswa. Kelebihan bermain peran antara lain: a) Peserta didik melatih dirinya untuk melatih memahami dan mengingat bahan yang akan didramakan atau diperankan. b) Peserta didik akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. c) Bakat yang terpendam pada diri siswa dapat dibina sehingga dimungkinkan akan muncul generasi seniman dari sekolah. d) Kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik- baiknya untuk mendidik peserta didik dalam menghargai karya atau hasil belajar siswa lain. e) peserta didik memperoleh pengalaman untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya. f) Bahasa lisan peserta didik dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah difahami orang lain
Kelemahan Metode Bermain Peran (Role Playing) adalah sebagai berikut : a) Sebagian besar peserta didik yang tidak ikut bermain peran mereka menjadi kurang aktif. b) Banyak memakan waktu, baik persiapan dan pelaksanaan pertunjukkan. c) Memerlukan tempat yang cukup luas d) Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain dan para penonton
Cara Mengatasi Kelemahan kelemahan dari metode bermain peran (role playing) :
Para guru hendaknya dapat memilih berbagai model pembelajaranan yang tepat dan variasi sesuai dengan materi yang diajarkan. Model pembelajaran Role Playing yang saya terapkan di SMP Negeri 2 Ambarawa sangat efektif untuk menarik minat belajar peserta didik pada khususnya materi “Proses Pelaksanaan Kemerdekaan Indonesia”. Dengan Metode Bermain Peran (Role Playing) ternyata dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, tidak hanya batas KKTP (75) tetapi di atas KKTP. Dalam Metode Bermain Peran (Role Playing) guru diharapkan memerankan diri sebagai pengajar, pendidik , penilai, fasilitator dan motivator bagi peserta didik.
Penulis – Guru IPS SMP N 2 Ambarawa
Dra Theresia Inarni Mardikaingsih, M.Si
Tinggalkan Komentar